ANALISIS FAKTOR RISIKO INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) BERDASARKAN DIAGNOSIS DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TANRALILI MAROS TAHUN 2022-2023: STUDI RETROSPEKTIF CROSS-SECTIONAL
Kata Kunci:
ISK, Faktor Risiko, Dokter UmumAbstrak
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan klinis pada saluran kemih dimana terdapat bakteri dalam urin yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berpotensi untuk masuk ke dalam saluran kemih. Infeksi Saluran Kemih (ISK) sering menyebabkan morbiditas dan dapat secara signifikan menjadi mortalitas. Walaupun saluran kemih normalnya bebas dari pertumbuhan bakteri, bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat menyebabkan terjadinya ISK. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif cross-sectional dengan menggunakan teknik pemilihan sampel total population sampling. Data didapat melalui rekam medis periode 2022-2023 di Puskesmas Tanralili dan didapatkan 96 rekam medis yang terdiagnosis ISK oleh dokter umum Puskesmas. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi jumlah penderita ISK di tahun 2022 sebanyak 8 orang (39,58%) dan di tahun 2023 mengalami peningkatan sebanyak 58 orang (60,42%). Prevalensi tertinggi terjadinya ISK terdapat pada rentang usia 26-45 tahun sebanyak 39 orang (40,63%), dan prevalensi terendah terdapat pada rentang usia <5 tahun sebanyak 1 orang (1,04%). Prevalensi tertinggi terjadinya ISK terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 69 orang (71,88%) dan pasien dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 27 orang (28,13%). Prevalensi tertinggi terjadinya ISK katagori pendidikan adalah SMA (Sekolah Menengah Atas) yaitu sebanyak 38 orang (39,58%) dan prevalensi terendah yaitu S2 yaitu sebanyak 1 orang (1,04%). Prevalensi tertinggi terjadinya ISK berdasarkan status perkawinan adalah pasien yang sudah kawin yaitu sebanyak 73 orang (76,04%) dan prevalensi terendah adalah dengan status cerai mati yaitu sebanyak 3 orang (3,13%). Prevalensi tertinggi terjadinya ISK berdasarkan pekerjaan Ibu rumah tangga menjadi prevalensi paling tertinggi yaitu sebanyak 44 orang (45,83), dan prevalensi pekerjaan terendah adalah belum kerja, TNI dan Polisi yaitu masing-masing sebanyak 1 orang (1,04%).